Pameris
menampilkan karya-karya beragam, mulai dari mural, lukis, fotografi dan
instalasi yang kesemuanya merupakan karya yang berawal dari adanya
gagasan yang dimiliki oleh pameris mengenai Holiday.
Pak De
Tani lewat karyanya yang realis berujar bahwa liburan baginya adalah
menikmati waktu secara santai sambil mendengarkan musik Iwan Fals,
Nanang A Haetamy lewat karyanya menanggapi Holiday sebagai waktu
luang untuk kembali menemui sisi religius, Dindin Rasjidin menggambarkan
sisi kekanak-kanakannya lewat lukisan surealis dengan objek dan warna
yang sejuk sedangkan The Folly sebagai gabungan dua kolaborasi muda antara Ilustrator dan seniman street art menggambarkan liburan sebagai waktu untuk bermain-main lewat karya lukis dekoratif yang khas dan penuh karakter.
Satu hal
yang agak berbeda dari pameran ini adalah tidak adanya kurator yang
biasanya bertugas untuk menyeleksi karya. Karya begitu saja diproduksi
secara bebas kemudian dipamerkan sesuai keinginan pameris. Keadaan ini
tentu saja menandakan sesuatu.
Sesuatu tersebut adalah bahwa saya Farhanaz Rupaidha yang sebenarnya pada awalnya menyumbangkan sedikit tulisan atau mengedit
lebih tepatnya tulisan yang Bopik Coret berikan pada saya
berminggu-minggu lalu melihat hal yang saya ingin untuk para pameris
sadari. Bahwa para pameris ini bukanlah pekerja seni yang sebelumnya
akrab dan aktif dalam mengikuti pameran umum walaupun di sisi lain tetap
aktif menghasilkan karya, bekerja sebagai guru bidang studi seni rupa,
fotografer lepas, seniman mural street art dan ilustrator
perusahaan. Menurut saya perlu disadari bahwa kegiatan pameran bukan
cuma masalah demi eksistensi diri seorang pekerja seni dalam jagat mainstream
keseni-rupaan, tidak hanya demi menjual karya, tidak hanya untuk
menjadi lebih dikenal, tidak hanya demi tindakan protes terhadap isu ini
itu dan lain sebagainya.
Menurut
saya kegiatan pameran lebih daripada itu merupakan sebuah kebutuhan
bagi pekerja seni untuk menyumbangkan ide dan ekspresi, sebagai tindakan
interaksi sosial dengan banyak individu, yang juga secara inti
merupakan kegiatan untuk menemukan dan menggali lebih jauh kekuatan
keseni-rupaan serta sebagai perwujudan ruang untuk mengapresiasi karya
yang pameris sendiri produksi.
Saya selalu
ingat apa perkataan teman saya sesama mahasiswa yang justru beliau
adalah mahasiswa jurusan Sosiologi. Teman saya ini berkata bahwa ; "kita
sebagai manusia yang bekerja harus tahu dan mengerti apa yang kita
miliki". Saya memanjangkan kalimat tersebut ; kita sebagai manusia yang
bekerja harus tahu dan mengerti apa yang kita miliki sekaligus dapat
memanfaatkan apa yang kita miliki tersebut yang tentu juga tidak boleh
membuat kita lupa terhadap kerendah-dirian yang lantas membuat kita
sombong".
Saya harap
lewat pameran ini para pameris kembali menyadari apa yang mereka miliki,
yaitu skill, yang membungkus ide-ide dan gagasan mereka lewat teknik
berkarya yang lebih matang.
Farhanaz Rupaidha
(temennya pameris)
yoi keren nih tulisanya juga yoi nih mas bo....semangat membara merdeka!!!
BalasHapussemangart masse nya yoooooo
BalasHapus